KLIPING BAHASA INDONESIA
KELAS XI
PERKEMBANGAN
BERBAGAI BENTUK
SASTRA INDONESIA
DISUSUN OLEH :
ABDUL LATIF
KELAS XI IPA
PERKEMBANGAN BERBAGAI
BENTUK SASTRA INDONESIA
A. Mendeskripsikan Ragam
Karya Sastra Indonesia , dan Memaparkan Pengarang Penting pada Setiap Periode
(Puisi, Prosa, Drama)
Ragam karya sastra
Indonesia menurut bentuknya terdiri atas puisi, prosa, prosa liris, dan drama.
Masing-masing ragam karya sastra Indonesia dari setiap periode itu mengalami
perkembangan sehingga menimbulkan ciri khas.
Beberapa orang penelaah
sastra Indonesia telah mencoba membuat babakan waktu (periodisasi sastra)
sejarah sastra Indonesia. Salah satunya adalah H.B. Jassin. Periodisasi sastra
yang dikemukakan H.B.Jassin adalah Sastra Melayu dan Sastra Indonesia Modern.
1. P E R I O D E S A S T R A M E L A Y U
a. P R O S A D A N P
U I S I
Sastra Melayu muncul
sejak bahasa Melayu itu sendiri muncul pertama kali. Bahasa Melayu berasal dari
daerah Riau dan Malaka, berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok nusantara
dibawa oleh pedagang. Pada ragam karya sastra puisi, Sastra Melayu yang pertama
berbentuk mantera, pantun, syair. Kemudian, bermunculan pantun kilat (karmina),
seloka, talibun, dan gurindam. Sedangkan pada ragam karya sastra prosa, Sastra
Melayu yang pertama berbentuk cerita-cerita pelipur lara, dan dongeng-dongeng.
Dongeng meliputi legenda, sage, fabel, parabel, mite, dan cerita jenaka atau
orang-orang malang/pandir.Bahkan, ragam karya sastra melayu ada yang berbentuk
hikayat, tambo, cerita berbingkai, dan wiracarita (cerita panji). Pada cerita
dongeng sering isinya mengenai cerita kerajaan (istanasentris) dan fantastis.
Kadang-kadang cerita tersebut di luar jangkuan akal manusia (pralogis).
Sebelum masyarakat Melayu
mengenal tulisan, karya-karya sastra tersebut disampaikan secara lisan kurang
lebih tahun 1500. Penyebarannya hanya dari mulut ke mulut dan bersifat statis.
Namun, setelah masyarakat Melayu mengenal tulisan, karya-karya tersebut mulai
dituliskan oleh para ahli sastra masa itu tanpa menyebut pengarangnya dan
tanggal penulisannya (anonim).
Sastra Melayu sangat
dipengaruhi oleh sastra Islam sehingga banyak terdapat kata-kata yang sukar
karena jarang didengar. Alat penyampainya adalah bahasa Arab-Melayu dengan
huruf Arab gundul sehingga sering menimbulkan bahasa yang klise. Di sisi lain,
karya-karya sastra yang dihasilkan selalu berisikan hal-hal yang bersifat
moral, pendidikan, nasihat, adat-istiadat, dan ajaran-ajaran agama. Cara
penulisannya pun terkungkung kuat oleh aturan-aturan klasik, terutama puisi.
Aturan-aturan itu meliputi masalah irama, ritme, persajakan atau rima yang
teratur
b. D R A M A
Drama di tanah air sudah
hidup sejah zaman Melayu. Bahasa yang digunakan masyarakat Melayu pada waktu
itu adalah bahasa Melayu Pasar (bahasa Melayu Rendah). Rombongan drama yang
terkenal pada masa ini adalah Komedie Stamboel. Komedie Stamboel ini didirikan
oleh August Mahieu, Yap Goan Tay, dan Cassim. Kemudian, Komedie ini pecah
menjadi Komedie Opera Stamboel, Opera Permata Stamboel, Wilhelmina, Sianr
Bintang Hindia.
2. P E R I O D E S A S T R A I N D O N E S I A M O D E R N
Sastra Indonesia modern
adalah sastra yang berkembang setelah pertemuan dengan kebudayaan Eropa dan
mendapat pengaruh darinya.
Sastra Indonesia Modern
terbagi atas:
a. A N G K A T A N 20 ( B
A L A I P U S T A K A )
Angkatan 20 disebut juga
angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan nama badan yang didirikan oleh
Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Badan tersebut sebagai penjelmaan dari
Commissie voor De Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De
Volkslectuur dibentuk pada tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas
menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu.
Untuk memperoleh bacaan
rakyat, komisi menempuh beberapa cara, yaitu:
(1). Mengumpulkan dan
membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan
rakyat. Naskah ini diterbitkan sesudah diubah atau disempurnakan.
(2). Menterjemahkan atau
menyadur hasil sastra Eropa.
(3). Menerima karangan
pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup sekitarnya.
Naskah-naskah tersebut
menggunakan bahasa Melayu dan bahasa-bahasa daerah lainnya, serta berupa bacaan
anak-anak, bacaan orang dewasa sebagai penghibur dan penambah pengetahuan. Pada
tahun 1917 Komisi Bacaan Rakyat barubah namanya menjadi Balai Pustaka.
Balai Pustaka
menyelenggarakan penerbitan buku-buku dan mengadakan taman-taman perpustakaan,
dan menerbitkan majalah.. Penerbitan majalah dilakukan satu atau dua minggu
sekali. Adapun majalah-majalah yang diterbitkan yaitu:
(1). Sari Pustaka (dalam
Bahasa Melayu, 1919)
(2). Panji Pustaka (dalam
Bahasa Melayu, 1923)
(3). Kejawen (dalam
Bahasa Jawa)
(4). Parahiangan (dalam
Bahasa Sunda)
Ketiga majalah yang
terakhir itu terbit sampai pemerintah Hindia Belanda runtuh.
Lahirnya Balai Pustaka
sangat menguntungkan kehidupan dan perkembangan sastra di tanah air baik bidang
prosa, puisi, dan drama. Peristiwa- peristiwa sosial, kehidupan adat-istiadat,
kehidupan agama, ataupun peristiwa kehidupan masyarakat lainnya banyak yang
direkam dalam buku-buku sastra yang terbit pada masa itu.
Lahirnya angkatan 20
(Balai Pustaka) mempengaruhi beberapa ragam karya sastra, diantaranya:
Naskah drama yang pertama
kali ditulis berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Lakon drama ini ditulis
oleh F. Wiggers tahun 1901
Dengan demikian,
ciri-ciri angkatan 20 pada ragam karya sastra prosa:
(1). Menggambarkan
pertentangan paham antara kaum muda dan kaum tua.
(2). Menggambarkan persoalan
adat dan kawin paksa termasuk permaduan.
(3). Adanya kebangsaan
yang belum maju masih bersifat kedaerahan.
(4). Banyak menggunakan
bahasa percakapan dan mengakibatkan bahasa tidak terpelihara kebakuannya.
(5). Adanya analisis
jiwa.
(6). Adanya kontra
pertentangan antara kebangsawanan pikiran dengan kebangsawanan daerah.
(7). Kontra
antarpandangan hidup baru dengan kebangsawanan daerah.
(8). Cerita bermain pada
zamannya.
(9). Pada umumnya, roman
angkatan 20 mengambil bahan cerita dari Minangkabau, sebab pengarang banyak
berasal dari daerah sana.
(10). Kalimat-kalimatnya
panjang-panjang dan masih banyak menggunakan perbandingan-perbandingan,
pepatah, dan ungkapan-ungkapan klise.
(11). Corak lukisannya
adalah romantis sentimentil. Angkatan 20 melukiskan segala sesuatu yang
diperjungkan secara berlebih-lebihan
b. A N G K A T A N 33 ( P
U J A N G G A B A R U )
Nama angkatan Pujangga
Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah
itu bernama Pujangga Baroe. Majalah Pujangga Baru dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane, dan Armijn Pane. Keempat tokoh
tersebutlah sebagai pelopor Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru
disebut Angkatan Tiga Puluh. Angkatan ini berlangsung mulai 1933 – 1942 (Masa penjajahan
Jepang). Karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan
jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta
seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan
yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis. Kebudayaan tersebut merupakan
gabungan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur sehingga sifat kebudayaan
Indonesia menjadi universal.
Dengan demikian,
ciri-ciri angkatan 33 ini yaitu:
(1). Tema utama adalah
persatuan.
(2). Beraliran Romantis
Idialis.
(3). Dipengaruhi angkatan
80 dari negeri Bewlanda.
(4). Genre sastra yang
paling banya adalah roman, novel, esai, dan sebagainya.
(5). Karya sastra yang
paling menonjol adalah Layar Terkembang.
(6). Bentuk puisi dan
prosa lebih terikat oleh kaidah-kaidah.
(7). Isi bercorak
idealisme
(8). Mementingkan
penggunaan bahasa yang indah-indah
(3). A N G K A T A N 4 5
Angkatan 45 disebut juga
sebagai Angkatan Chairil Anwar atau angkatan kemerdekaan. Pelopor Angkatan 45
pada bidang puisi adalah Chairil Anwar, sedangkan pelopor Angkatan 45 pada
bidang prosa adalah Idrus. Karya Idus yang terkenal adalah Corat-Coret di Bawah
Tanah
Karya-karya yang lahir
pada masa angkatan 45 ini sangat berbeda dari karya sastra masa sebelumnya.
Ciri khas angkatan 45 ini yaitu bebas, individualistis, universalistik,
realistik, futuristik.
Karya sastra pada masa
angkatan 45 ini adalah Deru Campur Debu (kumpulan puisi, 1949), Kerikil Tajam
dan Yang Terempas dan Yang Luput (kumpulan puisi, 1949), Tiga Menguak Takdir
(kumpulan puisi, 1950). Ketiga karya tersebut diciptakan oleh Chairil Anwar. Di
samping itu, karya sastra angkatan 45 lain adalah Surat Kertas hijau (kumpulan
puisi) karya Sitor Sitomorang, Bunga Rumah Makan (drama) karya Utuy Tatang Sontani,
Sedih dan Gembira (drama) karya Usmar Ismail, Surat Singkat Tentang Essai (buku
kumpulan Essai) karya Asrul Sani, Kesusasteraan Indonesia Modern Dalam Kritik
dan Essai (Kupasan kritik dan essai tentang sastra Indonesia) karya H.B.Jassin,
Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma (kumpulan cerpen) karya Idrus, Atheis
(roman) karya Achdiat Karta Miharja, Chairil anwar
pelopor Angkatan 45
(essai) karya H.B.Jassin, dan sebagainya.
(4). A N G K A T A N 66
Nama angkatan 66
dikemukakan oleh H.B.Jassin. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan
politik bangsa Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi
karena adanya teror PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa
Indonesia kacau dalam bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok lekra
di bawah PKI bersaing dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi
kesenian, kedamaian, dan pembangunan bangsa dan Pancasila.
Ciri-ciri Angkatan 66,
yaitu tema protes sosial dan politik, bercorak realisme, mementingkan isi, dan
memperhatikan nilai estetis. Karya sastra yang paling dominan pada angkatan 66
ini adalah puisi yang berbau protes.
Beberapa karya sastra
pada masa angkatan 66 antara lain Tirani (kumpulan puisi) karya Taufik Ismail,
Pahlawan Tak dikenal (kumpulan puisi) karya Toto sudarto Bachtiar, Balada
Orang-Orang Tercinta (Kumpulan puisi) karya W.S. Rendra, Malam Jahanam (drama)
karya Motinggo Busye, Kapai-Kapai (drama) karya Arifin C.Noer, Perjalanan
Penganten (kisah) karya Ajip Rosidi, Seks sastra kita (Essai) karya Hartoyo
Andang Jaya, Pagar Kawat berduri (roman) karya Toha Mohtar, Pelabuhan Hati
(roman) karya Titis Basino, Pulang (novel) karya Toha Mochtar, Robohnya Surau
Kami (Cerpen) karya A.A. Navis, Merahnya Merah, Koong, Ziarah (novel) karya
Iwan simatupang, Burung-Burung Manyar (novel) karya Y.B. Mangunwijaya,
Harimau-Hariamau (novel ) karya Mochtar lubis, Hati Yang Damai, Dua Dunia, Pada
Sebuah Kapal, La Barka, Namaku Hiroko (novel) karya N.H. Dini.
B. Menjelaskan
Perkembangan Ragam Karya Sastra (Puisi, Prosa, Drama) yang Dominan Dipengaruhi
oleh Aliran Kesusastraan Dalam Periode Tertentu.
Ragam karya sastra
Indonesia baik prosa, puisi, maupun drama mengalami perkembangan cukup pesat.
Mulai dari sastra Indonesia lama sampai ke sastra Indonesia modern.Para
pengarangnya pun makin lama makin bertambah banyak. Semakin banyaknya karya dan
pengarang yang bermunculan, semakin pula isi karya tersebut memiliki corak jiwa
hasil seni tersendiri, terutama periode Sastra Indonesia Modern. Karya-karya
pada periode Sastra Indonesia Modern ini banyak yang mendapatkan pengaruh
kebudayaan Eropa.Corak jiwa hasil seni inilah yang dituangkan dalam bentuk
aliran.
Ada beberapa aliran dalam
sastra yang dominan mempengaruhi ragam karya Sastra di Indonesia, diantaranya:
1. Aliran Realisme yaitu
aliran yang selalu berusaha melukiskan keadaan atau peristiwa sesuai dengan
kenyataan dan selalu mengungkapkan hal-hal yang baik atau tidak membuat orang
tersinggung. Karya sastra angkatan 45 baik puisi maupun prosa banyak
dipengaruhi oleh aliran realisme.
Contoh:
PENERIMAAN
Chairil Anwar 2. Aliran Naturalisme yaitu suatu aliran yang melukiskan
sesuatu apa adanya tetapi selalu memandang kepada hal-hal yang bersifat buruk
atau mesum baik memilih bahan dari masyarakat yang bobrok/mesum maupun baha
s/cara melukiskan kasar, tanpa melihat kesusilaan.
Contoh: Surabaya (novel)
oleh Idrus
Belenggu (roman) oleh
Armyn Pane
Pada Sebuah Kapal karya
NH. Dini
3. Aliran Neo-naturalisme
yaitu aliran yang tidak hanya menceritakan sesuatu yang buruk saja, tetapi yang
baik pun tidak dilupakan sehingga masih terdapat di dalamnya perasaan
perikemanusiaan.
Contoh: Raumanen karya
Marianne Katopo
Katak Hendak Jadi Lembu
karya Nur Sutan Iskandar
Keluarga Permana karya
Ramadhan KH
Atheis karya Ahcdiat K.
Miharja
4. Aliran Ekspresionisme
yaitu aliran yang selalu menekankan pada segenap perasaan atau jiwa sepenuhnya
(adanya aku atau subyek). Kalimat yang digunakan tidak panjang-panjang tetapi
kalimat pendek berisi dan seringkali menggunakan kalimat yang hanya terjadi dari
satu patah kata saja.
Contoh: puisi-puisi
Subagio Sastrowardoyo, Toto Sudarto Bachtiar, Sutarji Colzum Bahri, beberapa
karya Chairil Anwar.
5. Aliran Impresionisme
yaitu suatu aliran yang melukiskan sesuatu berdasarkan kesan-kesan sepintas
saja dari peristiwa atau kejadian yang dilihat/ditemui pengarang dalam
kehidupan nyata.Pengarang hanya mengambil bagian yang penting-penting saja.
Contoh:
NGARAI SIANOK 6. Aliran Determinisme yaitu suatu aliran yang melukiskan
peristiwa dari sudut paksaan nasib (sudut jeleknya) dan nasib itu sendiri
ditentukan oleh keadaan masyarakat sekitar, kemiskinan, penyakit, darah
keturunan, dalam hubungan sebab akibat. Contoh: puisi dan prosa angkatan 66,
Belenggu karya Armyn Pane, Neraka Dunia karya Nur Sutan Iskandar.
7. Aliran Surealisme
yaitu suatu aliran yang melukiskan sesuatu secara berlebihan yang terkadang
sulit diikuti dan dipahami oleh pembaca.
Contoh: Bip-Bop (drama)
karya W.S.Rendra, Lebih Hitam dari Hitam (cerpen) karya Iwan Simatupang, Pot
(puisi) karya Sutarji Colzum Bahri, Berhala (novel) karya Toto Sudarto
Bachtiar. 8. Aliran Romatisme yaitu suatu
aliran yang selalu melukiskan sesuatunya secara sentimentil dan penuh perasaan.
Contoh: Di Bawah
Lindungan Kabah (roman) karya HAMKA, Dian Yang Tak Kunjung Padam (Roman) karya
Sutan Takdir Alisyahbana, Layar terkembang (roman) karya Sutan Takdir
Alisyahbana, Ziarah (novel) karya Iwan Simatupang.
9. Aliran Idealisme yaitu
suatu aliran yang melukiskan hal-hal utuh tentang gagasan, cita-cita atau
pendiriannya.
Contoh:
AKU 10. Aliran Simbolisme yaitu suatu aliran yang selalu
menggunakan simbol-simbol atau isyarat-isyarat guna menutup kebenaran atau
maksud yang sesungguhnya.
Contoh: Tinjaulah Dunia
Sana karya Nursyamsu, Radio Masyarakat (cerpen) karya Rosihan Anwar, dan
sebagainya.
11. Aliran Psikologisme
yaitu suatu aliran yang selalu menekankan pada aspek-aspek kejiwaan.
Contoh: Atheis (roman)
karya Achdiat K. Miharja, Burunng-burung Manyar (roman) karya YB. Mangunwijaya,
Merahnya Merah (novel) karya Iwan Simatupang, Telegram karya Putu Wijaya.
12.Aliran Didaktisme
yaitu suatu aliran yang selalu menekankan pada aspek-aspek pendidikannya.
Contoh:
Salah asuhan (roman)
karya Abdoel Muis, Karena Kerendahan Budi (novel) karya HSD Muntu, Syair Perahu
(syair) karya Hamzah Fansuri.
Sejarah Perumusan
pancasila
Sejarah Perumusan
!Artikel utama untuk
bagian ini adalah: Rumusan-rumusan Pancasila
Dalam upaya merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang
dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu
:
* Lima Dasar oleh
Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima
dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri
Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang
dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan
yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya
meragukan pidato Yamin tersebut.[1]
* Panca Sila oleh
Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan
dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya
prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan,
lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya
azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara
Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila
diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah
:
* Rumusan Pertama :
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
* Rumusan Kedua :
Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
* Rumusan Ketiga :
Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
* Rumusan Keempat :
Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
* Rumusan Kelima :
Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli
1959)